Firman Allah Q.S. al-Baqarah : 115 berbunyi :فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِArtinya : Kemana saja kamu menghadap, maka di sana wajhullah (Q.S. al-Baqarah : 115)Golongan Salek Buta (Golongan sesat di Aceh, yang menyatakan tuhan menyatu dengan makhluq) menafsirkan ayat ini dengan arti, Allah ada di mana-mana, kemana saja di hadap disitu ada Allah. Singkat kata, mereka mengatakan Allah ada pada setiap makhluk (i’tiqad hulul dan ittihad). Wajhullah pada ayat di atas diartikan dengan makna zat Allah. Disamping itu, kalangan mujassamah (yang beri’tiqad Allah berjisim/berjasad) menafsirkan wajhullah pada ayat di atas bermakna wajah Allah. Mereka mengatakan Allah mempunyai wajah sebagaimana mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai jari-jari, tangan dan sebagainya.Penafsiran yang haq. Sekarang mari kita berandai-andai dulu, seandainya wajhullah pada ayat di atas, bermakna wajah, maka ini sungguh bertentangan Q.S. al-Syuraa : 11, berbunyi :لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌArtinya : Tidak ada Allah menyerupai dengan sesuatupun (Q.S. al-Syuraa : 11)Dalam ayat ini dengan jelas disebutkan Allah Ta’ala itu tidak menyerupai dengan makhluk. Karena itu, wahullah pada Q.S. al-Baqarah : 115 tidak boleh ditafsir dengan makna wajah Allah, karena wajah hanya terdapat makhluk yang bertubuh dan berjisim. Kalau ditafsir juga seperti itu, maka sungguh kita telah menetapkan pada Allah sesuatu yang menyerupai dengan makhluk. Lalu bagaimana seandainya ditafsir wajhullah dengan zat Allah ? Jawab kita, ini mengarah kepada penetapan bahwa Allah mempunyai arah dan tempat. Karena kalau ditafsir sedemikian, maka makna ayat menjadi « Kemana saja kamu menghadap, di situ ada zat Allah ». Padahal telah ijmak ulama salaf dan khalaf bahwa Allah tidak ada pada tempat dan arah sesuatu dan penafsiran seperti ini juga sama halnya kita telah menetapkan pada Allah sesuatu yang menyerupai dengan makhluk. Lalu bagaimana penafsiran Q.S. al-Baqarah : 115 yang haq ?Jawab kita : Q.S. al-Baqarah : 115 ini membicarakan masalah qiblat musafir yang melaksanakan shalat sunnat di atas kenderaan sebagaimana terlihat pada hadits riwayat Muslim di bawah ini :عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى وَهُوَ مُقْبِلٌ مِنْ مَكَّةَ إِلَى الْمَدِينَةِ عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ كَانَ وَجْهُهُ - قَالَ - وَفِيهِ نَزَلَتْ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِArtinya : Dari Ibnu Umar, beliau berkata : « Rasulullah SAW melaksanakan shalat di atas kenderaan, beliau menghadap kemana saja arah perjalanannya yakni pada ketika berangkat dari Makkah menuju Madinah. Pada ketika itu, diturunkanlah ayat : « Kemana saja kamu menghadap, maka di sana wajhullah » (H.R. Muslim) 1 Berdasarkan hadits shahih ini, maka makna « wajhullah » yang lebih sesuai pada ayat di atas adalah bermakna qiblat atau arah ayang diperintah menghadap dalam shalat. Tafsir « wahjullah » dengan qiblat juga merupakan penafsiran yang datang dari Mujahid, salah seorang ahli tafsir dari kalangan Tabi’in.2 Imam al-Razi, ahli tafsir dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah menjelaskan dalam tafsir beliau, Mafatih al-Ghaib,3 bahwa pengertian « wajhullah » pada ayat di atas mempunyai kemungkinan makna sebagai berikut : a). Bermakna arah yang dihadap pada waktu shalat, yakni qiblat. Diidhafah wahj kepada Allah adalah seperti idhafah bait kepada Allah (baitullah) dan naaqah (unta) kepada Allah (naaqatullah). Idhafah seperti ini, maksudnya adalah idhafaf bil-khlaq wal-ijaad ‘ala sabilil tasyrif (menyandarkan ciptaannya kepada Allah untuk memuliakannya). b). Bermakna niat dan qashad. Ayat lain yang sama dengan pengertian ini adalah firman Allah, Q.S. al-An’am : 79, berbunyi :إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا Artinya : Sesungguhnya aku hadapkan niatku dengan mengikuti agama yang benar kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi (Q.S. al-An’am : 79)c). Bermakna keridhaan Allah. Ayat lain yang sama dengan pengertian ini adalah firman Allah Q.S. al-Insan : 9, berbunyi :إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ الله Artinya : Sesungguhnya kami memberikan makanan kepadamu karena mencari keridhaan Allah. (Q.S. al-Insan : 9)d). Bermakna karunia Allah. Ayat lain yang sama dengan pengertian ini adalah firman Allahكُلُّ شَىْء هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُArtinya : Setiap sesuatu binasa kecuali kurnia Allah (Q.S. al-Qashas : 88)Berdasarkan keterangan ahli tafsir diatas, tidaklah tepat pengertian « wajhullah » pada ayat Q.S. al-Baqarah : 115 di atas ditafsirkan bermakna zat Allah, lebih-lebih lagi kalau ditafsirkan bahwa pada benda yang dihadap itu menyatu dengan zat Allah. na’uzubillah min dzalik. Demikian juga, kalau ayat tersebut dimaknai dengan makna wajah Allah, karena hal itu sama halnya dengan menetapkan suatu yang berjisim pada Allah Ta’ala.--------------------
[1] Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 149, No. hadits : 1646
[2] Al-Thabary, Tafsir al-Thabary, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 536
[3] Imam al-Razi, Mafatih al-Ghaib, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 307-308
sumber kitab kuneng
[2] Al-Thabary, Tafsir al-Thabary, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 536
[3] Imam al-Razi, Mafatih al-Ghaib, Maktabah Syamilah, Juz. II, Hal. 307-308
sumber kitab kuneng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar