Fadzkuruunii Adzkurkum. (Ingatlah/berdzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku mengingat kalian) [QS. Al-Baqoroh: 152]
Camkanlah, bahwa dengan dzikrullah itu hati menjadi tenang! [QS. Ar-Ra’d: 28]
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa
nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. [QS. Al-Kahfi: 28]
Disunnahkan bagi orang-orang yang selesai mendirikan shalat
berjama’ah untuk mengangkat suaranya dalam berdzikir secara berjama’ah.
Hal tersebut didasarkan pada hadits Sayyidina Abdullah bin Abbas ra,
beliau berkata, “Sesungguhnya mengangkat suara dalam dzikir ketika
orang-orang telah selesai dari shalat fardhu itu terjadi pada masa
Rasulullah SAW.” [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rah.a mengatakan dalam Fat-hul Bari, “Dalam
hadits tersebut terkandung makna bolehnya mengeraskan dzikir setelah
mendirikan shalat.”
Adapun hadits “Irba’uu ‘alaa anfusikum fa innakum laa tad’uuna
ashomma wa laa ghaa-iba” menjelaskan larangan mengangkat suara ketika
berdzikir sambil berjalan-jalan dan bukan ketika berjama’ah di suatu
majelis. Jika menjahr dzikir itu di larang, lalu bagaimana dengan
takbiran yang dilakukan pada hari ‘Id?
Syaddad bin Aus ra juga meriwayatkan, dan dibenarkan oleh Ubadah bin
Ash-Shamit, dia berkata: Kami berada di sisi Rasulullah SAW ketika
beliau bersabda, “Adakah di antara kalian orang yang asing?” Kami
menjawab, “Tidak ada yaa Rasulullah.” Lalu beliau memerintahkan untuk
mengunci pintu, lalu bersabda, “Angkatlah kedua tangan kalian, lalu
ucapkanlah LAA ILAAHA ILLALLAAH.” Kami pun mengangkat kedua tangan kami
sesaat. Kemudian Rasulullah SAW meletakkan tangannya dan bersabda,
“Al-hamdu lillaah, yaa Allaah, sesungguhnya Engkau telah mengutusku
dengan (mengemban) kalimat (tauhid) ini. Engkau memerintahkan aku untuk
mengamalkannya, dan Engkau menjanjikan surga bagiku karenanya.
Sesungguhnya Engkau tidak mengingkari janji.” Kemudian Rasulullah SAW
bersabda, “Bergembiralah, karena sesungguhnya Allah telah mengampuni
dosa-dosa kalian.” [HR. Imam Ahmad, Imam Thabrani, Al-Bazzar, Imam
Al-Hakim]
Banyak lagi hadits shahih yang mengungkapkan masalah mengangkat suara
dalam dzikir berjama’ah. Jadi, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa
hal ini adalah perkara bid’ah. Hanya kaum yang lemah aqal dan kurang
memahami syari’at saja yang menganggap hal ini sebagai perkara bid’ah.
Wallahu a’lam.
DZIKIR ITU KEBUTUHAN
Majelis-majelis dzikir mempunyai pengaruh yang besar di dalam
kehidupan manusia, pengaruh terhadap hati manusia, pengaruh terhadap
bathin manusia. Majelis-majelis dzikir berpengaruh terhadap seseorang
dalam urusan lahir dan bathin, dalam urusan dunia dan akhirat. Walau pun
seseorang sibuk dalam memenuhi kebutuhan duniawinya, akan tetapi perlu
diketahui bahwasanya dzikir kepada Allah SWT merupakan salah satu usaha
di dalam memperbaiki kehidupan kita, baik yang lahir maupun yang bathin.
Seperti kita ketahui bahwa kita butuh kekayaan, makanan, pakaian, dan
tempat tinggal; ruh kita pun membutuhkan kekayaan, makanan, pakaian dan
tempat tinggal. Apabila seseorang memperhatikan dan memenuhi kebutuhan
dari ruh dan bathinnya, maka kebutuhan lahirnya pun akan menjadi baik
pula. Apabila dia menelantarkan kebutuhan bathinnya, maka hal itu akan
berpengaruh pula kepada kebutuhan lahirnya. Sebagaimana diisyaratkan
oleh Nabi Muhammad SAAW tentang pengaruh dari dzikir, bahwa sesungguhnya
seseorang yang duduk di tempat sholatnya setelah shalat shubuh dan
berdzikir kepada Allah SWT, hal itu lebih mempercepat dalam meraih rizqi
dari pada orang yang pagi-pagi buta telah pergi mencari rizqi.
Kemudian, orang-orang yang memperhatikan makanan hatinya berupa
dzikir kepada Allah SWT, maka akan mempengaruhi mereka dalam memilih
makanan bagi lahiriyah mereka. Mereka akan memilih makanan yang halal,
menjauhi yang haram, menjauhi yang syubhat. Barangsiapa yang hanya
memakan makanan yang halal, maka anggota tubuhnya pun akan mudah untuk
taat kepada Allah SWT. Begitu juga apabila seseorang memakan makanan
yang haram, maka anggota tubuhnya pun akan berbuat ma’siat kepada Allah
SWT, melanggar perintah-Nya, dan mengerjakan apa yang dilarang-Nya.
Hendakya seseorang lebih mengutamakan pakaian bathinnya, menghiasi
hatinya dengan hal-hal yang diridhoi oleh Allah SWT, dan menghiasi
hatinya dengan sifat-sifat mulya. Karena Allah telah membagi-bagikan
pakaian kepada manusia, dan sebaik-baik pakaian yang Allah berikan bagi
seseorang adalah taqwa. Sungguh, pakaian-pakaian lahiriyah akan hancur.
Namun pakaian taqwa akan tetap abadi. Sehingga orang-orang bertaqwa akan
menghadap Allah SWT dengan pakaian ini, dan ia tidak telanjang di
hadapan Allah SWT, dan tidak pula telanjang di hadapan manusia di Padang
Mahsyar kelak. Dan pakaian seperti ini Allah bagi-bagikan di
majelis-majelis ilmu, di majelis-majelis dzikir.
DZIKIR JAMA’AH, SESATKAH…?
Dzikir berjama’ah merupakan salah satu perkara yang disukai dan
dianjurkan Nabi. Orang yang mencintai Nabi tidak mungkin membenci
perkara ini, kecuali mereka jahil dari perkara yang dicintai Nabi karena
mengikut kepada ustadz-ustadz jahil.
Terdapat banyak hadits yang berkenaan dengan masalah ini, diantaranya
ialah sabda Rasulullah SAW, “Suatu kaum tidak berkumpul di rumah-rumah
Allah (Masjid-Masjid) dan berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan (ikhlash)
mengharapkan keridhoan-Nya, melainkan Allah mengampuni segala dosa
mereka dan akan merubah semua kejahatan mereka menjadi kebaikan.”
Sabdanya lagi, “Suatu kaum tidak duduk bersama-sama berdzikir kepada
Allahu Ta’ala, melainkan para Malaikat mengelilingi mereka, sedang
rahmat meliputi mereka, dan ketenangan turun atas mereka. Dan Allah
menyebut nama mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya.”
Dalam potongan hadits qudsi Allah berfirman, “Jika mereka menyebut-Ku
dalam suatu kumpulan, maka Aku menyebut mereka dalam kumpulan yang
lebih baik.” Kumpulan yang lebih baik di sisi Allah biasa ditafsirkan
sebagai Malaikat. Dalam hadits lain dijelaskan bahwa setiap perbuatan
kita akan dilaporkan kepada Nabi. Wallahu a’lam.
Sabda Rasulullah SAW lainnya: “Apabila kamu melintasi taman-taman
surga, maka hendaklah engkau singgah.” Para shahabat bertanya, “Apakah
taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Kumpulan-kumpulan orang yang
berdzikir.” Pada riwayat lain dikatakan “Majelis-majelis dzikir.”
Diriwayatkan dalam suatu hadits yang panjang dari Abu Hurairah yang
diawali “Sesungguhnya Allah s.w.t Yang Maha Memberkati lagi Maha Tinggi
memiliki para Malaikat yang mempunyai kelebihan yang diberikan oleh
Allah s.w.t. Para Malaikat selalu mengelilingi bumi. Para Malaikat
sentiasa memerhati majlis-majlis zikir. Apabila mereka dapati ada satu
majlis yang dipenuhi dengan zikir, mereka turut mengikuti majlis
tersebut di mana mereka akan melingkunginya dengan sayap-sayap mereka
sehinggalah memenuhi ruangan antara orang yang menghadiri majlis zikir
tersebut dan langit…” dan diakhiri dengan, “Allah berfirman: Aku sudah
mengampuni mereka. Aku telah kurniakan kepada mereka apa yang mereka
mohon dan Aku telah berikan ganjaran pahala kepada mereka sebagaimana
yang mereka mohonkan.” Para Malaikat berkata: “Wahai tuhan kami, di
antara mereka terdapat seorang hambaMu. Dia penuh dengan dosa,
sebenarnya dia tidak berniat untuk menghadiri majlis tersebut, tetapi
setelah dia melaluinya dia terasa ingin menyertainya lalu duduk
bersama-sama orang ramai yang berada di majlis itu.” Lalu Allah
berfirman: “Aku juga telah mengampuninya. Mereka adalah kaum yang tidak
dicelakakan dengan majlis yang mereka adakan.” (HQR. Bukhori dan Muslim)
Sebagian ahli thoriqoh lebih suka memilih berdzikir dengan mengangkat
suara dan berkumpul beramai-ramai untuk tujuan berdzikir itu. Sebagian
yang lain lebih mimilih berdzikir secara rahasia. Kedua cara itu
diridhoi Allah. Allah merahmati mereka dan memberikan kita manfaat
karena mereka. Bukankah kiamat, bencana terbesar bagi alam semesta,
tertunda disebabkan orang yang menyebut Asma-Nya? Begitu juga
bencana-bencana yang lebih kecil dari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar