Dewasa ini umat Islam terpecah dalam berbagai aliran dan perbedaan
pendapat yang saling menyalahkan. Begitu juga telah terjadi perbedaan
yang tak asing lagi.
Bagi orang-orang yang pengetahuannya tentang ilmu agama kurang maka
semua permasalahan itu seharusnya diserahkan kepada para ulama yang
lebih dalam pengetahuannya tentang agama dan telah terbukti kesahihannya
dari zaman ke zaman.
Allah swt berfirman:
إنما يخشى الله من عباده العلماء إن الله عزيز غفور
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.” (QS. Fathir/35: 28).
Dan Rasulullah saw bersabda:
إن العلماء ورثة الأنبياء إن الأنبياء لم يورث دينارا ولادرهما إنما ورثوا علما
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya
para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka
mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian
yang sangat banyak.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad).
Sehubungan dengan ayat dan hadist di atas ini, Allah sendiri telah
menyuruh kepada kita agar bertanya kepada ulama (ahli zikir) yang
berilmu, bertakwa, dan mengamalkan ilmunya jika terjadi masalah atau
tidak mempunyai pengetahuan tentang sesuatu. Firman Allah:
فاسئلوا أهل الذكر إن كنتم لا تعلمون
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl: 43 dan Al Anbiya: 7).
Untuk itu, agar permasalahan seputar maulid nabi ini lebih jelas,
maka perhatikanlah pendapat para ulama yang telah banyak jasanya dalam
mengembangkan agama Islam di bawah ini.
1.”Andaikata aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka akan aku
dermakan semuanya untuk menyelenggarakan pembacaan maulid Rasul.”
(I’anathuth Thalibin 3/255).
Ini adalah perkataan Imam Hasan Al Bashri. Beliau adalah tokoh ulama
generasi Tabi’in yang agung. Beliau lahir di Madinah 2 tahun sebelum
wafatnya khalifah Umar bin khattab ra dan meninggal pada bulan Rajab
tahun 116 H dalam usia 89 tahun.
Beliau adalah seseorang yang telah bertemu dengan lebih dari 100
sahabat Nabi Muhammad saw. Ucapan Imam Hasan Al Bashri ini membuktikan
kalau pada masa tabi’in telah biasa diadakan perayaan maulid nabi
Muhammad saw.
2. “Barangsiapa mempersiapkan makanan, mengumpulkan teman- teman,
menyalakan lampu, mengenakan pakaian baru, memakai farfum dan menghias
dirinya untuk membaca dan mengagungkan maulid Rasul,
maka kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkannya bersama para
Nabi, orang-orang yang berada dalam barisan pertama dan dia akan
ditempatkan di Illiyin yang tertinggi.” (I’anathuth Thalibin 3/255).
Ini adalah ucapan Syekh Ma’ruf Al Karkhi. Beliau adalah seorang sufi
terkemuka yang wafat pada tahun 200 H. Beliau selalu berprasangka baik
kepada sesama muslim.
Kalimatnya juga membuktikan kalau para salaf telah melakukan perayaan
maulid Nabi pada abad kedua Hijriyah, walau bentuk dan caranya mungkin
berbeda dengan yang terjadi sekarang ini.
3. “Barangsiapa mendatangi sebuah tempat dimana di sana dibacakan Maulid Nabi, maka dia telah mendatangi sebuah taman Surga.
Sebab tujuannya mendatangi tempat itu tiada lain adalah untuk
mengungkapkan rasa cintanya kepada Rasulullah saw, sedangkan Rasul saw
telah bersabda: “Barangsiapa mencintaiku, maka dia bersamaku di Surga”.”
(I’anathuth Thalibin 3/255).
Ini adalah pernyataan Syekh Sirri As Saqathi. Beliau adalah murid
Syekh Ma’ruf Al Karkhi dan menjadi guru serta paman dari Syekh Junaid
Al Baghdadi. Beliau terkenal gigih dalam beribadah kepada Allah swt.
Beliau wafat pada tahun 253 H.
Pernyataan ini beliau sampaikan setelah mendalami Al Qur’an dan
hadist Nabi Muhammad saw serta mengamalkannya dengan penuh kesabaran.
4. “Barangsiapa menghadiri maulid Rasul dan mengagungkan
kedudukannya, maka dia telah sukses dengan keimanan.” (I’anathuth
Thalibin 3/364). Ucapan ini disampaikan oleh Imam Junaid Al Baghdadi,
yang dikenal sebagai pemimpin para sufi yang wafat pada 297 H.
Beliau adalah seseorang yang sangat tekun belajar dan beribadah,
sehingga dalam usia 20 tahun telah mendapat kepercayaan untuk menjadi
mufti.
5. “Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi saw akan
diberi pahala. Demikian pula yang dilakukan oleh sebagian orang,
adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati hari
kelahiran Isa as, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa
cinta an penghormatan kepada Nabi saw.
Allah swt akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaannya kepada
Nabi mereka. Bukan dosa atas bid’ah yang mereka lakukan.” (Manhajus
Salaf Fi Fahmin Nushush Bainan Nadhariyyah Wat Tathbiq: 399).
Ini adalah perkataan Imam Ibnu Taimiyah. Beliau adalah ulama besar
yang hidupnya dihabiskan untuk ilmu, ibadah dan perjuangan. Beliau
lahir pada 10 Rabiul Awwal 661 H dan wafat pada 22 Dzul Qa’idah 728 H.
Beliau adalah seorang ulama yang guru, murid dan karyanya sangat
banyak. Di antara kitab karangannya adalah Al Fatawa yang terdiri dari
38 jilid.
6. “Barangsiapa mengumpulkan teman-temannya, mempersiapkan hidangan,
menyediakan tempat, melakukan kebaikan untuk maulid Nabi, dan semua itu
menjadi sarana pembacaan maulid Rasul,
maka di hari kiamat kelak Allah akan membangkitkannya bersama-sama
orang shidiq, para syuhada dan kaum shalihin. Dan kelak ia akan berada
di surga-surga yang penuh kenikmatan.
Ini adalah pendapat pakar sejarah dan ulama terkemuka dalam dunia
Islam, Syekh Abdullah bin As’ad Al Yafi’i, pengarang kitab Raudhur
Rayyahin. Beliau wafat pada 768 H.
7. “Tidaklah sebuah rumah muslim dibacakan Maulid Nabi sadanya,
melainkan Allah singkirkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran,
berbagai jenis bencana, kebencian, kedengkham, pandangan buruk, serta
pencurian dari penghuni rumah itu.
Dan jika ia meninggal dunia, maka Allah akan memberinya kemudahan
untuk menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. Dan dia kelak akan
berada di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.”
(I’anathuth Thalibin 3/255).
Inilai pernyataan ulama besar yang lahir pada bulan Rajab 849 H dan
wafat pada tahun 911 H, Al Hafizh Abu Bakar bin Abdur Rahman As Suyuthi.
Beliau terkenal sebagai seorang mujjadid (pembaharu Islam) pada abad
ke 9 H.
Keluasan ilmunya telah terbukti dan karya-karyanya sangat banyak
sehingga mencapai 400 buku. Selain hafal Al Qur’an, beliau juga hafal di
luar kepala kitab-kitab besar. Di antaranya adalah kitab Al Minhaj
karya Imam Nawawi dan juga kitab Al Umdah.
Demikianlah di antara perkataan para tokoh ulama yang menganjurkan
dan membenarkan perayaan dan pembacaan maulid Nabi Muhammad saw.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar