APA MANFAATMU ?
ثُمَّ قَسَتْ
قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً
وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا
لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ
خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (البقرة:74)
Artinya: “Kemudian
setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. padahal
diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan
diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan
diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, Karena takut kepada Allah. dan
Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan” (Al
Baqarah:74).
Ketika dicurahkan, air hujan jatuh di segala
kawasan bumi tanpa kecuali. Tetapi kawasan bumi itu memang berbeda beda. Tuhan menciptakan bebatuan itu beraneka ragam
yang dengan keragamannya itu beragam pula fungsi dan manfaatnya. Di antara bebatuan
ada yang mampu menampung air hujan dalam jumlah banyak sehingga ketika ia
melepaskannya akan terciptalah sungai sungai yang mampu mengantarkan air tadi
ke daerah yang sangat jauh. Di dalamnya hidup dan berbahagia segala jenis
binatang bahkan ia merelakan dirinya dihuni oleh aneka jenis makhluk yang
saling berseteru. Tak dihempaskannya seekor buaya pun ke daratan sebagaimana ia
pun tak pernah mengecewakan seekor ikan. Lihatlah kebun kebun dialirinya hingga
dari rumput yang paling kerdil sampai pohon raksasa yang tinggi dapat beroleh
bahagia. Sungguh, ia tidak pernah membalas dendam kepada bangkai bangkai yang
pernah mengotorinya. Ketahuilah, biasanya batu batu ini ada di gunung gunung
dan terpendam di dataran tinggi. Keberadaan air yang tertimbun di dalamnya tak
nampak dari luar karena tertutupi tanah yang amat tebal dan rimbunnya
pepohonan. Jangan bertanya kepada orang kebanyakan sebab mereka tak akan
mengetahuinya, bahkan jika engkau mengatakannya mereka tak akan mempercayainya.
Ada pula
bebatuan yang hanya mampu menampung dalam ukuran sedang. Ia mungkin tidak tak
pernah menyumbangkan apa yang dimilikinya, akan tetapi ia telah membuat orang
yang melihat terhibur hatinya. Dapat pula ia memberi guna, hanya saja bagi
mereka yang sengaja mendatanginya, sedangkan yang jauh tak pernah dapat
memanfaatkannya.
Ada pula batu
yang tak kuasa menahan derasnya hujan hingga dengan tetesannya ia hancur lalu
larut dengan tanah bumi. Ia tak memberi manfaat bagi sesama, tidak pula
memberikan keindahan bagi yang memandangnya. Meskipun demikian, sekurang-kurangnya ia tidak menjadi pengganjal
bagi orang orang yang hendak lalu di hadapannya, ia terima serta rela dg
keadaan dan nasib dirinya.
خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ
لِلنَّاسِ
Artinya:
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling berguna bagi sesama manusia”.
Ada pula di
antara manusia yang dipercaya Tuhan untuk menaburkan bahagia bagi lingkungan
sekitarnya. Ia memang tak dapat memberikan sumbangsih bagi suatu bangsa, namun
perilakunya menciptakan kesejukan bagi orang di sekitarnya. Orang yang
menjumpainya akan merasakan keteduhan dalam hatinya. Bagai sebuah pohon yang
rindang yang siap menaungi siapa pun yang menghampirinya. Sungguh beruntung
sebuah masyarakat yang bertetangga dengannya.
Tingkatan
lainnya adalah manusia yang tersentuh hatinya kala mendengar firman Tuhan lalu
diikuti dengan pengabdian dan kepasrahan terhadap kebijakan-Nya. Ia memang tak
memberikan guna sama sekali bagi sesama, akan tetapi jiwanya tulus menerima
taqdir-Nya, ia ikhlas mempersembahkan segala pengabdian kepada-Nya. Jadi, ia
selamat dari kemarahan Allah terbebas dari tuntutan manusia.
Nasib paling
buruk adalah orang-orang yang digambarkan di permulaan ayat yaitu mereka yang “hatinya
keras bagaikan batu atau lebih keras dari itu”. Gambaran ini diberikan
kepada manusia manusia yang telah mendengar firman Allah, namun ia tidak mau
peduli dengan pesannya tidak pula merubah perilakunya. Mereka merupakan
orang-orang yang dalam hatinya tidak ada keinginan memberi guna kepada sesama. Bagi
mereka kebenaran adalah mengalahkan lawan bicaranya dan unggul
hujjah-hujjahnya. Akibat yang ditimbulkannya memang menunjukkan akan
kepandaiannya, namun tak manarik banyak orang untuk mengikutinya. Agama tak
membuatnya indah dan menawan orang yang menyaksikannya apalagi membuat bahagia
mereka.
Adalah sebuah
pertanyaan, adakah kita telah termasuk dalam salah satunya ?. bersyukurlah bila
ternyata kita ada tempat di antara ketiganya. Tetapi bila tidak, memohonlah
kepada Allah, sebab jangan jangan kita tak lebih baik dari makhluk piaraan yang
diberi makan rumput oleh pemiliknya.
Hasbunallah
H. Syarif Rahmat
RA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar