http://malaysfreecommunities.webs.com/allah%20muhammad.JPG

Kamis, 08 November 2012

IMAM BUKHARI SESAT ?

Kaum Muslimin seluruh dunia sepakat bahwa sebaik-baik kitab setelah Al Qur’an adalah kitab Hadis karya Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il Al Bukhari atau Al Imam Al Bukhari yang lazim disebut dengan Shahih Al Bukhari atau Shahih Bukhari. Hal itu mengingat ketelitian dan ketatnya persyaratan yang ditetapkan oleh Al Bukhari dalam menyeleksi Hadis.  Tetapi tahukah kita kalau ternyata Al Imam Al Bukhari dimasukkan ke dalam aliran sesat oleh satu golongan?. Berikut penjelasannya.
Telah diketahui bahwa Al Qur’an adalah Firman Allah bukan makhluk. Ini menurut kesepakatan Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Tetapi ketika berbicara tentang penulisan Mushaf Al Qur’an dan pembacaan Al Qur’an yang telah menggunakan suara dan lisan manusia, apakah hal tersebut juga bukan makhluk?. Di sinilah persoalan baru muncul. Bagi Imam Ahmad bin Hanbal, membicarakan masalah ini tidak ada artinya. Oleh karena itu ia cenderung tidak melanjutkan pembahasan. Beliau hanya mengatakan “Al Qur’an Kalamullah bukan Makhluk”. Tetapi Al Imam Al Bukhari cenderung “melayani” tema kedua. Menurutnya, Al Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk. Tetapi pengucapan lafazh lafazh Al Qur’an menggunakan mulut dan terdengar suaranya adalah makhluk. Mengapa? Karena lidah, suara, huruf dan bahasa Arab adalah makhluk, bukan Tuhan. Nah, untuk mempertahankan Aqidahnya ini Al Imam Al Bukhari menyusun sebuah kitab berjudul “Khalqu Af’al Al Ibad” yang berarti  “Penciptaan perbuatan hamba” atau “kemakhlukan perbuatan hamba”. Bila kita renungkan kedua Ulama besar ini (Imam Ahmad dan Imam Bukhari) tidak ada masalah dan kedua mereka benar adanya.
Tetapi belakangan terdapat sekelompok orang penganut dari satu aliran yang bertindak gegabah sehingga dengan mudahnya mengatakan:  
اهل الجاهلية يتفاوتون في التكذيب بايات الله... ومنهم من يقول ان القران مخلوق لفظه ومعناه او ان الفاظه مخلوقة دون معناه كالاشاعرة. وهذا تكذيب بالقران. فمن قال ان القران مخلوق لفظه ومعناه كما تقول الجهمية او قال ان لفظه مخلوق واما معناه فمن الله فهذا ايضا كفر. الا ان يكون متأولا فيكةن ضلالا لان القران كلام الله عز وجل لفظه ومعناه حروفه ومعانيه كله كلا م  الله سبحانه وتعالى. ليس كلام الله الحروف دون المعاني ولا المعاني دون الحروف
Artinya: “Orang orang Jahiliyah itu bertingkat tingkat pengingkarannya terhadap ayat-ayat Allah….Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu makhluk baik lafazh maupun maknanya atau mengatakan “Lafazh lafazh Al Qur’an itu makhluk sedangkan maknanya bukan makhluk seperti pendapat Ulama Asy’ariyyah. Ini adalah pendustaan terhadap Al Qur’an. Oleh karena itu barangsiapa berpendapat bahwa Al Qur’an itu baik lafazhnya maupun maknanya itu makhluk – sebagaimana pendapat kaum Jahmiyah – atau berpendpat bahwa lafazh Al Qur’an itu makhluk sedangkan maknanya itu dari sisi Allah, ini pun kekufuran, kecuali jika pelakunya itu seorang Muqallid atau menta’wilkan, maka itu hanyalah kesesatan (bukan kekufuran, pen) karena Al Qur’an itu firman Allah Azza Wajalla baik lafazhnya, maknanya, hurufnya maupun maknanya, semuanya firman Allah Subhanahu Wata’ala. Kalamullah itu bukan hanya hurufnya saja bukan pula maknanya saja”. (Lihat Syarh Masa’il Al Jahiliyah ditulis oleh Syekh Shalih Fauzan bin Abdullah Al Fauzan  halaman 170).
Dari ungkapannya ini jelas bahwa penulis ingin mengatakan Kafirnya orang yang menganggap bahwa suara bacaan dan tulisan Al Qur’an itu makhluk. Dengan kaidahnya ini maka Al Imam Al Bukhari dan para
Ulama yang mengikuti atau sepaham dengannya adalah Kafir keluar dari Islam. Adakah si Penulis berkebangsaan Saudi Arabia ini memperhitungkan dampak tulisannya itu ?.
Masalah lain yang menjadi perbincangan Ulama adalah masalah Ta’wil ayat ayat Mutasyabihat. Masalah ini sebenarnya masalah Furu’ Al Aqidah yang tidak membawa konsekwensi kemusliman dan kekufuran seseorang. Artinya, kaum Muslimin yang melakukan ta’wil – yaitu mayoritas Ulama – ataupun yang tidak melakukannya – seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdul Wahhab  dan kaum Wahhabi – keduanya tidak boleh dikafirkan, sebab hal itu hanya merupakan sebuah upaya memahami pesan ayat atau Hadis yang disandarkan kepada daya serap manusia. Tetapi belakangan ini sekelompok orang bertindak secara ekstrim dengan menisbatkan kesesatan kepada mayoritas Ummat Islam yang acapkali melakukan Ta’wil.
Di antara Ulama yang setuju dengan Ta’wil adalah Al Imam Al Bukhari. Itu sebabnya dalam Shahihnya beliau Rahimahullah mencantumkan pemahaman model ini. Sebagai missal ketika membicarakan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Qashash ayat 88: (Tulisan 2)
 كل شيئ هالك الا وجهه (القصص:88)
Artinya: “Segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya” (Al Qashash:88)
Berkenaan ayat ini Al Bukhari mencantumkan dalam Shahihnya:   
كل شيئ هالك الا وجهه. الا ملكه. ويقال الا ما اريد به وجه الله
Artinya: “Segala sesuatu akan  binasa kecuali wajah-Nya”, maksudnya adalah “Kecuali kekuasaan-Nya. Dan ada pendapat lain yang mengatakan “Kecuali yang ditujukan untuk mendapatkan balasan Allah”. (Lihat Shahih Al Bukhari Juz 3 halaman 171).
Apa yang dilakukan Al Bukhari di atas jelas merupakan Ta’wil terhadap firman Allah. Ini berarti Akidah Imam Al Bukhari sama dengan Akidah mayoritas Ummat Islam.
Ketika sudah jelas adanya Ta’wil Al Bukhari ini, seorang Ulama Wahhabi Syekh Muhammad Nashiruddin Al Albani, konon pernah berkomentar:  
هذا لايقولها مسلم مؤمن
“Ini tidak akan dilakukan oleh seorang pun Muslim yang benar benar beriman”.
Pada kesempatan lain ia mengatakan:
ننزه الامام البخاري ان يؤول هذه الاية وهو امام في الحديث و في الصفات وهو سلفي العقيدة والحمد لله
“Kita membersihkan Al Imam Al Bukhari dari menta’wilkan ayat ini karena ia adalah seorang Imam dalam bidang Hadis dan Shifat Shifat Allah dan dia itu berakidah Salaf. Segala puji bagi Allah” (Lihat kitabnya Fatawa Syekh Albani halaman 523 via tabyin Dhalalat Al Albani halaman 47).
Dua hal dapat kita petik dari ucapan Albani ini; Pertama, ia mengingkari adanya teks tersebut dalam Shahih Al Bukhari. Padahal dalam cetakan mana pun Shahih Al Bukhari mencantumkan kalimat Ta’wil ini.   
Apakah ada kaitannya antara fakta seperti ini dengan upaya Albani membuat “Ringkasan” kitab kitab Hadis termasuk “Mukhtashar Shahih Al Bukhari” (Ringkasan Shahih Al Bukhari) ?. Wallahu A’lam.
Kedua, Albani menisbatkan kata “sesat” kepada orang yang menta’wilkan ayat ayat mutasyabihat. Dan dari pemikiran ini dapat disimpulkan bahwa – berdasarkan kaidah Albani – berarti  Al Imam Al Bukhari adalah penganut “aliran sesat”. Banyak orang yang secara tidak sadar mengikuti Akidah ini karena menganggap bahwa segala yang dating dari Timur Tengah khususnya Kerajaan keluarga Saud adalah kebenaran. Mereka tidak tahu bahwa aliran yang ada saat ini di negeri tersebut, baru ada sekitar tiga abad yang lalu. Bagi orang-orang yang hidup setelah keduanya  tentu dipersilahkan  memilih dengan pikiran jernih; manakah di antara Al Imam Al Bukhari (Wafat tahun 256 H) yang bermadzhab Syafi’i dalam bidang Fiqh itu dan Syekh Albani (wafat tahun 1420 H bertepatan dengan tahun 1999) yang bermadzhab Wahhabi itu yang lebih layak dianugerahi gelar “sesat” ?. alangkah baiknya bila kita terbiasa menahan diri dari segala ucapan yang hanya akan merusakkan persaudaraan. Kalaulah tiodak dimulai, niscaya kami tidak akan menampilkan apa pun yang saat ini kami kemukakan. Hasbunallah.
Syarif Rahmat RA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar