TUHAN
SEPERTI MANUSIA ?
Al Bukhari dan
Muslim meriwayatkan sebuah Hadis:
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ
عَلَى صُورَتِهِ ، طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا ، فَلَمَّا خَلَقَهُ قَالَ اذْهَبْ
فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ النَّفَرِ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ جُلُوسٌ ، فَاسْتَمِعْ
مَا يُحَيُّونَكَ ، فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ . فَقَالَ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ . فَقَالُوا السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ .
فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ ، فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ
آدَمَ ، فَلَمْ يَزَلِ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدُ حَتَّى الآنَ
Artinya: “Allah
menciptakan Adam dalam bentuknya tingginya enam puluh hasta. Ketika selesai
menciptakannya Allah berfirman: “Pergilah dan ucapkanlah salam kepada
sekelompok Malaikat yang duduk duduk itu
lalu dengarkanlah bagaimana mereka menghormatimu karena itu merupakan
penghormatanmu dan penghormatan anak cucumu. Maka Adam berkata: “Salam
sejahtera untuk kamu semua”. Mlaikat menjawab: “Semoga kesejahteraan dan rahmat
Allah tercurah pula kepadamu”. Mereka menambah kata “Warahmatullah”. Oleh
karena itu setiap orang yang masuk Surga keadaannya seperti Aam. Sejak saat itu
tubuh manusia senantiasa berkurang hingga sekarang” (HR Al Bukhari dan Muslim).
Berkenaan dengan
Hadis ini seorang Ulama Wahhabi Syekh Abdul Azizi bin Abdullah bin Baz
mengatakan:
وَالْمَعْنَى وَاللهُ
أَعْلَمُ أَنَّهُ خَلَقَ آدَمَ عَلَى صُوْرَتِهِ ذَا وَجْهٍ وَسَمْعٍ وَبَصَرٍ يَسْمَعُ
وَيَتَكَلَّمُ وَيُبْصِرُ وَيَفْعَلُ مَا يَشَاءُ ، وَلَا يَلْزَمُ أَنْ تَكُوْنَ
الصُّوْرَةُ كَالصُّوْرَةِ وَهَذِهِ قَاعِدَةٌ كُلِّيَّةٌ فِيْ هَذَا الْبَابِ عِنْدَ
أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ.
Artinya:
“Maknanya, wallahu A’lam bahwa Allah menciptakan Adam seperti bentuk-Nya yang
mempunyai wajah, pendengaran dan penglihatan, bisa mendengar, berbicara,
melihat dan mengerjakan apa yang dikehendakinya. Namun hal tersebut tidak musti
berarti bahwa bentuk Allah itu seperti bentuk kita. Ini adalah kaidah umum
dalam masalah ini menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah” (Lihat pula dalam buku Memahami Ayat-Ayat dan Hadits Hadits
Kontradiksi halaman 151).
Kata “Ala
Shuratihi” dalam Hadis ini diartikan oleh Syekh Bin Baz dengan “Sesuai Rupa
Allah” atau “Bentuk Allah” sehingga Hadis tersebut berarti “Adam menyerupai
Allah”. Meskipun ditambah dengan kata “bentuk Allah tidak seperti bentuk kita”,
tetap saja artinya adalah Adam seperti Tuhan. Pemaknaan seperti itu mungkin
tidak akan terjadi manakala Syekh mau melihat dan memahami Hadis lain di
antaranya:
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَفِى حَدِيثِ ابْنِ
حَاتِمٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا قَاتَلَ أَحَدُكُمْ
أَخَاهُ فَلْيَجْتَنِبِ الْوَجْهَ فَإِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ
». رواه الامام احمد ومسلم
Artinya:
“Bila seseorang di antara kamu bertengkar (memukul) hindarilah jangan sampau
memukul mukanya karena sesungguhnya Allah menciptakan Adam seperti bentuknya”
(HR Ahmad dan Muslim).
Yang
dimaksud dengan “Bentuk Adam seperti bentuknya” dalam Hadis ini jelas
yaitu “Bentuk Adam seperti bentuk orang itu”. Dengan demikian mengartikan Hadis sebagaimana
yang dikemukakan Bin Baz jelas merupakan penyimpangan dan merupakan Akidah kaum
Mujassimah (Aliran yang menyerupakan Tuhan dengan Makhluk-Nya). Penting pula
diketahui bahwa anggapan bahwa Adam itu serupa dengan Allah terdapat di dalam
Kitab Perjanjian Lama. Kitab Kejadian 1:26 mengatakan:
“Berfirmanlah
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,
supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap
di bumi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar