http://malaysfreecommunities.webs.com/allah%20muhammad.JPG

Sabtu, 29 Desember 2012

AL-QUR'AN MEMBELAA DIRI

Banyak orang yang marah ketika Al Qur’an dicaci atau diselewengkan orang. Tetapi sedikit orang yang membalas cacian dan penyelewengan itu dengan pengetahuan. Kemarahan itu tidak salah dan memang pada tempatnya, tetapi akan lebih baik bila ia menanggapinya dengan pengetahuan sehingga tidak mengesankan kelemahan.
 
Sesungguhnya “tanda tanya” tentang kebenaran Al Qur’an terkadang terbersit pula dalam hati sebagian orang beriman. Hal itu wajar mengingat luasnya cakupan ilmu dan kandungan Al Qur’an. Di antara yang dapat menimbulkan persoalan adalah keabsahan satu Qira’at. misalnya firman Allah:
 
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (البقرة:10)
 
Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. (Al Baqarah: 10)
 
Sebagian Qurra ada yang membaca akhir ayat ini dengan bertasydid sehingga bunyi ayat dan terjemahnya berubah menjadi:
 
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يُكَذِّبُونَ (البقرة:10)
 
Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka mendustakan”. (Al Baqarah: 10)
 
Kata “berdusta” menurut Al Qur’an merupakan sifat orang-orang munafik sebagaimana firman Allah:
 
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ (المنافقون:1)
 
Artinya: “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (Al Munafiqun: 1)
 
 
Sedangkan kata “mendustakan” atau “mengingkari” merupakan sifat orang-orang Kafir sebagaimana firman Allah:
 
بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُكَذِّبُونَ (الانشقاق:22)
 
Artinya: “Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan. (Al Insyiqaq: 22)
 
Ayat 10 surat Al Baqarah di atas sesungguhnya sedang membicarakan sifat orang-orang munafik. Hal itu serasi jika digunakan kata “Yakdzibun” sebagaimana Qira’at pertama. Tetapi bagaimana dengan Qira’at yang membaca “Yukadzdzibun” sebab itu merupakan sifat orang-orang Kafir? Bukankah hal itu menimbulkan ketimpangan? Subhanallah, beberapa hari lalu kami mendapatkan petunjuk melalui bagian akhir dari paragraf tentang munafik ini, yaitu firman Allah:
 
أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آَذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (البقرة:19)
Artinya: “Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir” (Al Baqarah: 19)
 
Dengan ayat ini Allah hendak mengatakan bahwa orang-orang munafik yang sedang dibicarakan mulai ayat 8 itu adalah Kafir secara ideologis. Oleh karena itu penggunaan Qira’at “Yukadzdzibun” tidak menyalahi konteks pembicaraan.
 
Orang-orang Nasrani seringkali mempergunakan ayat-ayat Al Qur’an untuk mendakwahkan ajarannya. Sebagaimana diketahui bahwa menurut ajaran mereka bahwa Nabi Isa AS (mereka menyebutnya Yesus) mati di tiang Salib, dikuburkan dan bangkit pada hari ketiga. Mereka lalu mempengaruhi ummat Islam agar mempercayai “Akidah” ini dengan menggunakan firman Allah dalam Al Qur’an:
 
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا (مريم:33)
 
Artinya: “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (Maryam: 33)
 
Padahal yang dituju dengan “bangkit hidup kembali” dalam ayat ini adalah bangkit dan hidup di hari kiamat. Ini sebanding dengan firman Allah tentang Nabi Yahya AS di surat yang sama:
 
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا (مريم:15)
 
Artinya: “Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia mati dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (Maryam: 15)
 
Ayat ini sama persis isinya dengan ayat tentang Nabi Isa AS. Nah, apakah orang-orang Kristen juga akan beranggapan bahwa Nabi Yahya (mereka menyebutnya Yohannes) juga mengalami kebangkitan  di dunia ini seperti Nabi Isa setelah kematiannya? Jika tidak, maka begitulah juga dengan Nabi Isa AS, tidak pernah disalib dan bangkit dari kuburnya. Adapun yang dituju dengan kebangkitan beliau adalah pada hari kiamat kelak sebagaimana juga dengan nabi Yahya dan manusia lainnya.
 
 
 
Hasbunallah.
 
KH Syarif Rahmat RA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar