Pernyataan:
Syekh Muhammad Abdul Wahhab (Muhammad bin Abdul Wahhab, pen) seorang
Alim pembaharu di Saudi Arabiah yang sangat loyal pada Al Qur’an &
Sunnah Rasul serta membenci hal-hal yang menyalahi keduanya, memusuhi
bid’ah, khurafat, syirik. Wahabiyah: faham orang-orang yang
mengikutinya. (0888083864xx tgl 7 Januari 2010)
Tanggapan:
Demikian bunyi sebuah SMS dari salah seorang pengikut Muhammad bin
Abdul Wahhab. Tujuan dari SMS tersebut jelas; mengajak penerimanya agar
menjadi pengikut alirannya. Beberapa tahun terakhir ini memang banyak
sekali beredar seruan dari kelompok yang lahir di Najd ini baik melalui
buku-buku, siaran Radio, SMS maupun internet. Dakwah mereka cukup
gencar, maklum didanai oleh sejumlah organisasi dari Kerajaan keluarga
Sa’ud di Timur Tengah. Sebagaimana biasanya, Qum berusaha
untuk selalu menyajikan informasi secara konprehensif untuk mengurangi
kekurangan informasi yang terkadang disajikan di tengah masyarakat
secara sepihak oleh kelompok-kelompok yang berkepentingan. Adapun sikap
para pembaca setelahnya, itu tergantung masing-masing pribadi. Minimal
kami telah menyampaikan apa yang kami tahu dan dirasa perlu.
Berbeda
dengan para Ulama semisal Al Imam Asy Syafi’i, Al Imam Ahmad bin
Hanbal, Al Imam An Nawawi, Al Hafizh Al Imam Ibnu Hajar Al Asqallani
yang disepakati kesalehan dan keulamaannya oleh seluruh ummat di penjuru
dunia, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab ini merupakan tokoh
kontroversial yang diperselisihkan kredibilitasnya. Sebagian
menganggapnya sebagai pembaharu namun sebagian lain menganggapnya
sebagai penebar kesesatan. Mereka yang berada pada kelompok pertama
melihat bahwa kehadiran Muhammad bin Abdul Wahhab adalah tokoh yang
gigih menyelamatkan Akidah Islamiyah dari berbagai penyimpangan berupa
kemusyrikan, khurafat dan bid’ah. Ia menyaksikan bahwa kaum muslimin
telah terjatuh dalam amaliah jahiliyah berupa penyembahan terhadap
kuburan, para Wali dan orang-orang saleh baik melalui tabarruk atau tawassul
mereka dalam berdo’a kepada Allah. Oleh karena itu segala sarana yang
akan mengantarkan manusia ke dalam kemusyrikan tersebut harus
dimusnahkan. Dari fatwanya inilah kemudian seluruh kuburan para sahabat
Rasulullah SAW, kubah-kubah makam keluarga beliau bahkan bangunan tempat
di mana Rasulullah SAW dilahirkan dihancurkan diratakan dengan tanah.
Belakangan Syekh Albani (sebagai salah seorang pengikut Muhammad bin
Abdul Wahhab) bahkan menganjurkan agar Kubah hijau Masjid Nabawi di
Madinah yang memayungi pusaran Rasulullah SAW dihancurkan. Pendek kata
semua tempat atau benda-benda bersejarah harus dihancurkan karena
khawatir disembah atau ditabarruki oleh manusia. Berbagai kegiatan
seperti peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW harus dihentikan karena
perbuatan tersebut merupakan bid’ah. Beberapa waktu yang lalu sempat
berkembang wacana untuk menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam
yang masih tersisa, namun alhamdulillah rencana tersebut dibatalkan
karena kementrian yang ditunjuk tidak bersedia melaksanakannya karena
banyak ditentang para Ulama termasuk KH Ma’ruf Amin dari Pimpinan Pusat
Majleis Ulama Indonesia (MUI). Sedangkan dalam bidang Fiqh – menurut
pengakuannya – Muhammad bin Abdul Wahhab adalah mengikuti Madzhab Imam
Ahmad bin Hanbal. Missi Muhammad binAbdul Wahhab mendapat kemudahan
karena berkolaborasi dan mendapat dukungan dari Kerajaan keluarga Sa’ud
yang telah berhasil merebut kekuasaan wilayah Hijaz dari Khilafah
Islamiyah Turki Utsmani.
Adapun
sebagian besar Ulama dan Ummat Islam berpendapat lain. Mereka
menganggap Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai tokoh penebar kesesatan.
Mereka bahkan mengaitkannya dengan sebuah Hadis:
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ قَالَ ذَكَرَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - «
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى شَأْمِنَا ، اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى
يَمَنِنَا » . قَالُوا وَفِى نَجْدِنَا . قَالَ « اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا
فِى شَأْمِنَا ، اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى يَمَنِنَا » . قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَفِى نَجْدِنَا فَأَظُنُّهُ قَالَ فِى الثَّالِثَةَ «
هُنَاكَ الزَّلاَزِلُ وَالْفِتَنُ ، وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ »
.رواه البخاري
Artinya:
“Artinya: Rasulullah SAW pernah berdo’a: “Ya Allah, berkatilah untuk
kami Syam kami, ya Allah, berkatilah untuk kami Yaman kami”. Para
sahabat berkata: “Untuk Najd kami juga wahai Rasulullah”. Rasulullah SAW
berdo’a lagi: ““Ya Allah, berkatilah untuk kami Syam kami, ya Allah,
berkatilah untuk kami Yaman kami”. Para sahabat berkata: “Untuk Najd
kami juga wahai Rasulullah”. Untuk yang ketiga kalinya Rasulullah SAW
bersabda: “Dari Najd-lah akan munculnya kegoncangan dan berbagai Fitnah
dan di Najd itulah akan terbit tanduk Syetan” (HR Al Bukhari).
Menurut
kelompok kedua ini, terpenuhinya ramalan Rasulullah SAW ini adalah
dengan kedatangan Muhammad bin Abdul Wahhab karena secara kebetulan ia
lahir di Najd dan missinya telah menimbulkan banyak kekacauan di dunia
Islam. Mufassir kenamaan Al Imam Syekh Ahmad Shawi Al Maliki dalam
tafsirnya bahkan menyebut kelompok Wahhabiyah pengikut Muhammad bin
Abdul Wahhab sebagai Khawarij zaman ini. Ketika menafsirkan firman
Allah:
إِنَّ
الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو
حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ (فاطر:6)
Artinya: “Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), Karena
Sesungguhnya syaitan-syaitan itu Hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (Fathir:6).
Ash Shawi menulis:
وَقِيْلَ
هَذِهِ الْاَيَةُ نَزَلَتْ فِي الْخَوَارِجِ الَّذِيْنَ يُحَرِّفُوْنَ
تَأْوِيْلَ الْكِتَابِ وَالسُّنَةِ وَيَسْتَحِلُّوْنَ بِذَلِكَ دِمَاءَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَاَمْوَالَهُمْ كَمَا هُوَ مُشَاهَدٌ الْاَنَ فِيْ
نَظَائِرِهِمْ وَهُمْ فِرْقَةٌ بِاَرْضِ الْحِجَازِ يُقَالُ لَهُمْ
الْوَهَّابِيَّةُ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ عَلَى شَيْئٍ اَلَا اِنَّهُمْ
هُمُ الْكَاذِبُوْنَ اسْتَحْوَذَ
عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ
الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ
(المجادلة:19)
Artinya:
“Dalam satu pendapat dikatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
kaum Khawarij yang menyelewengkan makna Al Qur’an dan Sunnah serta
menghalalkan darah kaum Musliimin dengannya sebagaimana juga dapat
disaksikan saat ini orang-orang yang seperti mereka yaitu sebuah aliran
di negeri Hijaz yang bernama Wahhabiyah. Mereka ini mengira berada dalam
kebenaran. Ketahuilah, sungguh mereka itu benar-benar para pendusta. Syaitan
Telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah;
mereka Itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan
syaitan Itulah golongan yang merugi”(Al Mujadalah:19) (Lihat Tafsir Ash Shawi ‘Aala Al Jalalain terbitan Dar Ihya Al Kutub Al ‘Arabiyah Mesir pada Juz3 halaman 307-308).
Seorang
Ulama terkenal dari Purwakarta Jawa Barat, Ahmad Bakri Sempur bin
Tubagus Seda Kraton yang lebih dikenal dengan nama Mama Sempur Rahimahullah menulis sebuah risalah kecil berjudul: ايضاح الكراطنية فيما يتعلق بضلالة الوهابية (Penjelasan Keraton Berkaitan Dengan Kesesatan Aliran Wahhabiyah).
Hizbut Tahri Indonesia (HTI) memiliki catatan tersendiri tentang Wahhabi ini:
“perjuanagan
Wahhabi akhirnya ditunggangi oleh keluarga Saud, yang nota bene
antek-antek Inggris, untuk menciptakan instabilitas dan sparatisme di
dalam tubuh Khilafah Islam pada waktu itu” (Buletin Dakwah Al Islam Edisi 468/tahun XVI halaman 3).
Seorang
Muhaddits (pakar Hadis) abad ini Syekh Abdullah Al Harari mengemukakan
tidak kurang dari 83 orang Ulama besar yang menyatakan kesesatan ajaran
Muhammad bin Abdul Wahhab (Lihat kitabnya Al Maqalat As Sunniyyah
halaman 250-251). Bahkan banyaknya Ulama yang menentang Muhammad bin
Abdul Wahhab ini dikemukakan oleh para pengikutnya, antara lain Doktor
Abdul Aziz bin Muhammad bin Ali Al Abd Al Aziz dalam kitabnya Da’awa Al Munawi’in (lihat kitab tersebut terbitan Maktabah Ar Rusyd Riyad Saudi Arabia mulai halaman 47).
Kami
tidak berhak menghakimi mana yang benar dan mana yang salah di antara
kedua kelompok di atas. Bagi yang hendak mendalami dan mengetahui lebih
jauh silahkan bertanya kepada para Ulama atau membaca kitab-kitab
mereka. Ironis memang, ketika ada orang yang baru membaca buku-buku
terjemahan dan penjelasan dari orang-orang yang bukan Ulama sudah berani
mempromosikan sebuah ajaran seraya menganggap bahwa yang selainnya
adalah salah. Mereka mengira bahwa yang diraihnya
dari atas perahu itu adalah mutiara, padahal ia berada di dasar
samudera. Mengapa mereka – sebagai orang awwam – tidak diam saja sambil
mengamalkan yang diyakininya. Hasbunallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar