Beberapa waktu yang lalu dua orang tokoh PERSIS bertengkar. Pertengkaran terjadi gara-gara perbedaan menyikapi sebuah Hadis. Hadis yang dimaksud adalah:
عَنْ
مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا
تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ. رواه الامام
مالك في الموطأ
Artinya:
“Telah aku tinggalkan di tengah-tengah kamu dua perkara yang jika kamu
berpegang kepada keduanya niscaya tidak akan tersesat selamanya;
Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya” (HR Malik)
Menurut
ketua umum PERSIS Siddik Amin, Hadis tersebut jelas menegaskan bahwa
pegangan ummat Islam itu hanya dua Al Qur’an dan Sunnah. Tetapi Amin
Jamaluddin dari Jakarta ada ketentuan tambahan yaitu bahwa pemahaman Al
Qur’an dan Sunnah itu harus sesuai dengan Ulama Salaf. Bagi Siddik Amin
persyaratan ini dipandang sebagai intervensi terhadap “kemerdekaan” Al
Qur’an dan Sunnah alias mengada-ada yang tidak ditetapkan Rasulullah
SAW. Sementara bagi Amin Jamaludin dan Abdul Hakim bin Amir Abdat
keharusan berpegang kepada pemahaman Salaf itu karena mereka dianggap
sebagai pemegang “otoritas” penafsirannya. Persoalan ini belum
diselesaikan hingga Ketua umum PERSIS itu berpulang ke rahmatullah.
(Bagi yang ingin mengetahui lebih detil masalah ini lihat
majalah-majalah PERSIS dan buku tulisan Abdul hakim bin Amir Abdat
berjudul Al Masa’il pada volume 8).
Menurut
analisa kami pertengkaran itu terjadi karena kurang luasnya analisa
terhadap masalah yang dibicarakan. Mereka mengambil satu Hadis tetapi
mengabaikan yang lainnya. Sepengetahuan kami ada
beberapa penjelasan Rasulullah SAW yang memberikan jaminan keselamatan
bagi Ummatnya selain dengan berpegang kepada Al Qur’an dan As Sunnah
atau Hadis. Artinya, barangsiapa menempuh jalan melalui salah satu dari
yang beliau pesankan, niscaya akan mendapatkan keselamatan. Pesan-pesan
beliau – selain dalam Hadis di atas -- itu antara lain:
Mengikuti Ahlul Bait.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ رَأَيْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّتِهِ يَوْمَ
عَرَفَةَ وَهُوَ عَلَى نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ يَخْطُبُ فَسَمِعْتُهُ
يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ
أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي. رواه الترمذي
Artinya:
Jabir bin Abdillah berkata: Aku melihat Rasulullah SAW pada saat
menunaikan ibadah Haji – ketika beliau berada di atas untanya yang
bernama Al Qashwa – berkhutbah. Aku mendengar ketika itu beliau
bersabda: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku telah tinggalkan di
tengah-tengah kamu (dua hal) yang jika kamu berpegang teguh kepada
keduanya niscaya tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kitabullah dan
keluargaku” (HR At Tirmidzi).
Mengikuti Abu Bakar dan Umar.
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ. رواه احمد و الترمذي
Artinya: “Berpegang teguhlah kamu sekalian dengan dua orang sesudah aku yaitu Abu Bakar dan Umar” (HR Ahmad dan At Tirmidzi).
Mengikuti kebijakan Khualafa Rasyidin.
عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ وَعَظَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ
صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ
وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ
مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ
حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ
أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
Artinya:
Pada suatu hari Rasulullah SAW memberikan nasehat kepada kami dengan
nasehat yang sangat mendalam hingga menyebabkan air mata berlinang dan
hati bergetar. Lalu seorang laki-laki berkata: “Wahai Rasulullah,
sepertinya ini adalah nasehat perpisahan, lalu apakah yang engkau
pesankan kepada kami wahai Rasulullah ?” Rasulullah SAW bersabda: “Aku
wasiatkan kepadamu agar bertaqwa kepada Allah, mendengarkan dan
menta’ati pemimpinnya sekalipun ia seorang hamba sahaya bangsa Habasyah.
Karena sesungguhnya siapa yang hidup sepeninggalku akan menyaksikan
banyak pertentangan. Oleh karena itu hindarilah perkara-perkara yang
diada-adakan karena yang demikian itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang
mendapatkan hal tersebut, hendaklah ia berpegang teguh kepada sunnahku
dan sunnah Khulafa Rasyidin yang mendapat petunjuk gigitlah ia dengan
gigi gerahammu” (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi).
Mengikuti salah seorang sahabat Rasulullah SAW.
سعيد
بن المسيب - رحمه الله - : أن عمرَ بنَ الخطاب قال : سمعتُ رسولَ الله
-صلى الله عليه وسلم- يقول : « سألتُ رَبِّي عن اختلافِ أصحابي من بَعدي؟
فأوحى إِليَّ : يا محمدُ ، إِنَّ أصحابَكَ عندي بمنزلة النجوم في السماء،
بعضُها أقوى من بعض ، ولكلّ نُور، فمن أخذ بشيء مما هم عليه من اختلافهم
فهو عندي على هُدى ». اخرجه الديلمي
Artinya:
Rasulullah SAW bersabda: “Aku bertanya kepada Tuhanku tentang
perselisihan para sahabatku setelahku nanti, maka Allah mewahyukan
kepadaku: “Hai Muhammad, sesungguhnya para sahabatmu itu di sisi-Ku
bagaikan bintang-bintang di langit sebagian mereka lebih kuat (terang)
dari yang lainnya akan tetapi semuanya memiliki cahaya. Oleh karena itu
barangsiapa yang mengambil menempuh salah satu jalan yang mereka
perselisihkan itu, maka di sisi-Ku ia berada dalam petunjuk” . (HR Ad Dailami. Hadis ini dinyatakan Maudhu’ oleh Al Muhaddits Al Ghumari).
Hadis ini kami kemukakan – meskipun maudhu’ – karena sejalan dan mempermudah pemahaman terhadap firman Allah:
وَالسَّابِقُونَ
الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ
اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (التوبة:100)
Artinya: Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan
yang besar” (At Taubah:100).
Mengikuti para Ulama (Mujtahid)
مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا
لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى
السَّمَاءِ وَالأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِى الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ
الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ
الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ إِنَّ
الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا
وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ. رواه ابو
داود والترمذي وابن ماجة)
Artinya:
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah
akan memudahkan baginya jalan ke Surga. Sesungguhnya para Malaikat
menghamparkan sayapnya bagi pencari ilmu karena rela kepadanya, dan
sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu dimohonkan ampun oleh yang
dilangit dan di bumi sampai ikan-ikan di air. Dan sesungguhnya kelebihan
orang alim dibandingkan seorang ahli ibadah itu bagaikan kelebihan
bulan purnama dibandingkan bintang-bintang. Sesungguhnya para Ulama
adalah para ahli waris Nabi-nabi dan sesungguhnya para Nabi itu tidak
mewariskan dinar maupun dirham tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka
barangsiapa yang mengambilnya berarti telah mengambil keuntungan yang
besar” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Yang
dimaksud dengan Ulama tentu saja Ulama yang oleh kaum Muslimin
dinyatakan sebagai Mujtahid, bukan setiap orang yang dinyatakan Ulama
oleh sebuah kelompok apalagi kelompok kecil. Dalam sebuah Hadis
diceritakan:
عَنْ
أُنَاسٍ مِنْ أَهْلِ حِمْصَ مِنْ أَصْحَابِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَبْعَثَ
مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ « كَيْفَ تَقْضِى إِذَا عَرَضَ لَكَ
قَضَاءٌ ». قَالَ أَقْضِى بِكِتَابِ اللَّهِ. قَالَ « فَإِنْ لَمْ تَجِدْ
فِى كِتَابِ اللَّهِ ».قَالَ فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم-. قَالَ « فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فِى سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- وَلاَ فِى كِتَابِ اللَّهِ ». قَالَ أَجْتَهِدُ رَأْيِى وَلاَ
آلُو. فَضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَدْرَهُ وَقَالَ «
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ لِمَا يُرْضِى
رَسُولَ اللَّهِ ». اخرجه احمد وابوداود
Artinya:
Ketika Rasulullah SAW hendak mengutus Mu’adz ke Yaman beliau bertanya:
“bagaimana engkau akan memutuskan bila suatu ketika diajukan kepadamu
sebuah persoalan?” Mu’adz menjawab: “Aku akan memutuskan dengan
Kitabullah”. Rasul bertanya lagi: “Bila tidak engkau dapatkan dalam
Kitabullah ?”. Mu’adz menjawab: “Aku akan
memutuskan berdasarkan Sunnah Rasulullah”. Rasul bertanya lagi: “Jika
tidak engkau dapatkan dalam Sunnah Rasulullah dan Kitabullah ?”. Mu’adz
menjawab: “Aku akan berijtihad (mengerahkan) kemampuan akalku dan aku
tidak akan ragu-ragu”. Rasululah SAW kemudian menepuk dada Mu’adz seraya
bersabda: “Segala puji bagi Allah yang telah memmberikan taufiq kepada
utusan Rasul-Nya kepada sesuatu yang membuat puas Rasulullah” (HR Ahmad
dan Abu Dawud).
Mengikuti Mayoritas Ummat Islam.
أنس بن مالك يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول إِنَّ
أُمَّتِيْ لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ . فَإِذَا رَأَيْتُمُ
اخْتِلَافًا فَعَلَيْكُمْ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ. رواه ابن ماجة
Artinya:
“Sesungguhnya ummatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan. Oleh
karena itu apabila kamu menyaksikan perselisihan, hendaklah kamu
mengikuti kelompok yang teranyak mayoritas” (HR Ibnu Majah).
Rasanya
kami tidak perlu memberikan interpretasi lebih jauh terhadap
Hadis-Hadis di atas, silahkan kita dapat memahaminya sendiri. Telah
terbukti Hadis “Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya” menelan banyak korban.
Berapa juta manusia telah ditetapkan sebagai sesat dan ahli bid’ah oleh
para pengedar Hadis ini. Bukan Hadisnya yang salah melainkan para
pedagangnya yang miskin bahan. Seandainya saja mereka mau membuka
kembali kitab-kitab Hadis – dan bukan hanya mengutip dari kitab
kelompoknya – niscaya akan lapang dadalah mereka dan akan tentramlah
ummat dibuatnya. Tetapi masalahnya memang terkadang kita ini miskin
tetapi ingin berbelanja di Super Market. Besar pasak daripada tiang.
Kasihan!.
Hasbunallah.
H. Syarif Rahmat RA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar