Pembelaan terhadap Syaikhul Islam Sayyid
Muhammad bin 'Alwi Al Maliki Al Makiyyi yang di tulis oleh Al Muhaddits
Al 'Alaamah Abdul Aziiz Al Ghumaari. Semoga Alloh merahmati beliau
semuanya.
"Maka ini adalah kata-kata yang tepat yang kami tulis
dalam waktu yang singkat sebagai bukti keturut sertaan dari kami
didalam memenolak dan memerangi kebatilan yang senantiasa merusak agama,
dan juga bantahan atas dusta-dusta yang sudah di buat oleh sekelompok
orang yang tidak berakhlak dan tidak berilmu bahkan tidak memiliki adab
terhadap Saudara Kami Al 'Alaamah Al Muhaddits yang senantiasa mengajak
kepada jalannya Alloh Ta'ala, beliau yang telah amat Masyhur dengan
keilmuannya, dan sangat masyhur kitab-kitab karangannya yg telah
menyebar luas ke berbagai negara dan banyak orang yang mendapatkan
kemanfa'atan dari keilmuannya itu, beliaulah Assayyid Muhammad bin Al
'Alaamah Assayyid 'Alwi Al Maliki Al Makiyyi Al Husaini.
Maka tulisan ini adalah pembelaan terhadap hak, dan pertolongan bagi madzhabnya Ahlu Sunnah Wal Jama'ah.
Tidaklah pantas bagi orang yang memiliki akal sehat, pandangan luas,
dan pikiran waras, membuat kekisruhan dan memelintirkan
dalil-dalil/hukum agama, demi tujuan mengejar dunia hingga rela membuat
syi'ar-syi'ar agama menjadi hal yang di benci. Mereka menentang
qo'idah-qo'idah Syari'at dan Ushul, mereka keluarkan dalil-dalil dengan
memelintirkannya guna membela kepentingan mereka yang sangat tercela,
mereka terus menghujat agar amalan-amalan terpuji itu dibenci dan
ditinggalkan, padahal amaliyah tersebut sudah dianjurkan dan dipuji oleh
para Ulama Agung mulai dari sejak Tahun Seratus Delapan lalu hingga
sekarang, dan hujatan mereka pun sudah dipatahkan oleh para Ulama,
sehingga para Ulama Sunnah mengarang kitab-kitab dan risalah-risalah
untuk membela amaliyah mahmudah itu, dan memerangi hujatan-hujatan dari
para pembencinya yang selalu berusaha memadamkan Syi'ar-syia'r terpuji
ini.
Mereka tidak sadar, kalau amaliyah yang mereka cela itu
adalah amaliyah yang dipuji oleh oleh Nabi (Sallallohu 'alaihi wa 'ala
aalihi wa shohbihi wa sallama) dalam Haditsnya yang termaktub pada
Musnad Imam Ahmad dari Abdulloh bin Mas'ud :
وما رآه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن
"Adapun perkara yang dipandang baik oleh Muslimiin, maka perkara itupun baik disisi Alloh"
Apa lagi jika tidak ada dalil atau Hadits Shoheh yang menunjukan akan
keharamannya, maka tiada lain celaan dan larangan yang mereka nyatakan
itu adalah sebuah bukti dari ke"Ghuluww"an mereka saja yang gemar
mengharamkan pada tiap hal yang sangat jelas tidak ada bukti dalil
haramnya dan kegemaran mereka yang selalu menghukumi sesat dan kufur
pada seluruh umat islam baik yang ada di masyriq maupun di maghribnya,
yang padahal dari sekian banyak orang islam yg mereka kufurkan dan
mereka sesatkan itu sangat memahami ilmu hadits, fiqih dan lebih berakal
dari mereka, yang tentu akan lebih tahu dan mengenali kesesatan
ketimbang mereka yang tidak berakal sama sekali.
Dari sebagian
masalah yang dibuat kisruh oleh mereka para penebar fitnah yang
mengingikan perpecahan dalam umat islam, dan melontarkan kata "Sesat"
dan "Kufur" pada mayoritas umat islam itu adalah "Tawasul kepada
Rosululloh (Sallallohu 'alaihi wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallama) " !
Padahal "Tawasul ini adalah hal yang sudah terbukti disepakati oleh
para umat islam dan semuanya sependapat mengenai masalahnya, dan tawasul
terus berlaku hingga pada Qurun delapan barulah muncul segelintir orang
yg mempermasalahkannya. Mereka mengatakan kalau tawasul itu tidak boleh
dan tidak ada pada ajaran syari'at jadi tawasul ini adalah amalan
tercela dan dibenci oleh agama, menurut pandangan mereka.
Mulai
dari situlah para Ulama pun tidak pernah henti-hentinya meluruskan dan
mematahkan pengakuan-pengakuan bodoh yang berlebihan yang tidak didasari
dengan ilmu itu, hingga pengakuan tersebut pun patah, dan semakin
nampaklah keGhuluwwan mereka yang berda'wah dengan kebodohannya itu,
maka dalil-dali ajaran Syari'at akan Tawasul yg di keluarkan oleh ulama
pun membuat segala bualan mereka tentang Sesat dan kufurnya amalan
tawasul pun kembali membentur wajah mereka yang dungu sehingga tidak ada
lagi keraguan akan anjuran tawasul. Sungguh tidaklah ada orang yang
mensesatkan Tawasul dan mengkufurkan pengamalnya, melainkan ia telah
semakin jauh dari perjalanan orang mukmin.
Betapa mereka telah
mengabaikan Hadits Marfu' dari Nabi (Sallallohu 'alaihi wa 'ala aalihi
wa shohbihi wa sallama) yang telah di tashhih oleh para Imam seperti
Atturmudzi, Al Hakim, Al Baihaqi dan masih banyak lagi para Hufadzh
lainnya.
Dan hadits ini tidaklah bisa dibantah, karena Hadits
merupakan dalil yang pasti bagi para pembangkangnya yg celaka. Dan jika
dia masih bersi keras juga menolak dan mencela Tawasul, setelah
dzhohirnya dalil ini, maka tiada lain sikapnya itu merupakan dari
ke"Ta'ashub"annya untuk mengikuti Hawa nafsunya.
Dan inilah
nash Hadits tersebut yang termaktub pada Sunan Turmudzi dan beliau
mengatakan kalau Hadits ini Hasan dan Shoheh Ghorib :
عن عثمان
بن حنيف " أن رجلا ضرير البصر أتى النبي صلى الله عليه وآله سلم ،فقال :
ادع الله أن يعافيني قال: إن شئت دعوت وإن شئت صبرت فهو خير لك ،قال :
فادعه ،قال : فأمره أن يتوضأ فيحسن وضوءه ،ويدعو بهذا الدعاء : اللهم إني
أسألك ،وأتوجه إليك بنبيك ،محمد نبي الرحمة إني توجهت بك إلى ربي في حاجتي
هذه لتقضى لي اللهم فشفعه في "
Dari Sayyidina Utsman bin Hunef :
sesungguhnya seorang lelaki Dlorir (memiliki gangguan penglihatan)
telah datang pada Nabi (Sallallohu 'alaihi wa 'ala aalihi wa shohbihi wa
sallama) , lelaki itu berkata : "Berdo'alah untukku pada Alloh, agar
Alloh senantiasa menyembuhkanku."
Nabi berkata padanya : "Jika
engkau mau aku mendo'akanmu, maka aku akan mendo'akanmu, tapi jika
engkau mau bersabar, maka sungguh itu lebih baik bagimu !" , lelaki itu
berkata : "Mohonkanlah padaNYa".
Maka Nabi (Sallallohu 'alaihi wa
'ala aalihi wa shohbihi wa sallama) pun menyuruhnya untuk berwudlu dan
membaikan wudlunya. Dan menyruhnya berdo'a dengan do'a ini :
"Ya Alloh..aku memohon padaMU, dan aku tawajjuh padaMU dengan NabiMU.
Wahai Muhammad Nabi pembawa rahmat, aku tawajjuh denganmu pada Tuhanku,
atas segala hajatku ini maka kabulkanlah hajatku, ya Alloh semoga Engkau
memberiku Syafa'atnya."
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Annasai dalam kitab " 'Amalul yaumi wal lailati" dan juga Ibnu Maajah
dan Al Baihaqi dalam kitab "Dalaailun Nubuwwati" dan seperti yg telah
disampaikan bahwa Hadits ini Shoheh. Dan telah di shohehkan oleh para
Imam : Atturmudzi, Al Baihaqi, Al Hakim, Al Mundziri, Attaqiyyuddiin
Assubki dan masih banyak lagi ulama lainnya yg men shohehkannya, jadi
sangat jelas buat dalil tawasul kepada Nabi (Sallallohu 'alaihi wa 'ala
aalihi wa shohbihi wa sallama) dalam menghasilkan Hajat dan menolak
madlarat.
Dan dalam Hadits juga dijelaskan bolehnya memanggil
Nabi (Sallallohu 'alaihi wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallama) disaat
beliau tidak ada (Ghaib). Pada hadits disebutkan seorang lelakki
mengambil wudlu dalam keadaan jauh dari Rosululloh (Sallallohu 'alaihi
wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallama) dan ia shalat dua raka'at, itupun
juga jauh dari Rosululloh (Sallallohu 'alaihi wa 'ala aalihi wa
shohbihi wa sallama) kemudian ia memanggil Rosululloh (Sallallohu
'alaihi wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallama) "Yaa Muhammad" . Lalu
setelah adanya bukti ini, apakah masih ada yg mau menentang akan
bolehnya memanggil Nabi pada keadaan Nabi tidak ada, atau masih juga
melarang tawasul ?"
Lalu mereka para pembangkang Ijma' ini
masih berkelit dan berkata : "Itukan terjadi pada saat Rosululloh masih
ada !". Dan perkataan mereka pun terbantahkan oleh Imam Aththobroni
(semoga Alloh merahmatinya) dalam kitab "Al Kabiir" nya beliau
menyatakan Hadits dari Abi Amamah bin Sahal bin Hunef dari Sayyidina
Utsman bin Hunef (Radiyallohu 'anhu) :
أن رجلا كان يختلف إلى
عثمان بن عفان رضي الله عنه في حاجة له . فكان لا يلتفت إليه ولا ينظر في
حاجته فلقي ابن حنيف فشكا ذلك إليه فقال له : إيت الميضأة فتوضأ ثم إيت
المسجد فصلّ فيه ركعتين ثم قل: "اللهم إني أسألك وأتوجه إليك بنبيك محمد
صلى الله عليه وسلم نبي الرحمة يا محمد إني أتوجه بك إلى ربي لتقضى لي
حاجتي (وتذكر حاجتك)، وَرُحْ إليّ حتى أروح معك. فانطلق الرجل فصنع ما قال
له عثمان بن حنيف ثم أتى باب عثمان بن عفان " إلى أخر الحديث .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar