LARANGAN ALLAH
Allah melarang Adam dan Hawa
mendekati sebuah pohon yang ada dalam Al Jannah dengan tidak menyebutkan apa
nama pohonnya. Tetapi Dia menjelaskan bahwa apabila melanggar larangan ini dan
mendekati pohon tersebut, mereka akan dikategorikan sebagai “Orang Zhalim”. Allah berfirman:
وَقُلْنَا يَا آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ
وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا
مِنَ الظَّالِمِينَ (البقرة:35)
Artinya: “Dan Kami
berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim”. (Al Baqarah: 35)
وَيَا آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ
فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ
الظَّالِمِينَ (الاعراف:19)
Artinya: “Dan (Allah
berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga
serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk
orang-orang yang zalim." (Al A’raf: 19)
Tidak ada satu ayat atau Hadis
Shahih pun yang menyebutkan apa nama dari pohon larangan tersebut. Oleh karena
itu para Ulama –ketika mencoba berusaha menentukannya– berbeda pendapat dalam
hal ini, tetapi tidak ada satu pun yang dapat menunjukkan dalilnya yang dapat
dipertanggung-jawabkan.
AKAL BUSUK SYETAN
Syetan tahu benar bahwa
barangsiapa mematuhi aturan Allah akan kekal di dalam Surga. Sebaliknya siapa yang melanggar aturan akan
dikeluarkan di dalamnya. Hal ini telah dirasakan sendiri ketika ia tidak mau
menuruti perintah Allah agar sujud kepada Adam yang mengakibatkannya terusir
dari Surga.
Syetan mengetahui adanya
larangan untuk Adam dan isterinya merasa mendapat peluang untuk menjatuhkannya.
Dia tahu bahwa kalau Adam melanggar pasti akan dikeluarkan dari Surga. Maka ia
pun membuat tipuan dengan mengatakan bahwa apabila mereka memakan buah larangan
tersebut niscaya akan kekal selamanya di dalam Surga bahkan akan menjadi
Malaikat atau Raja. Kata kekal dalam bahasa Arab adalah “Khuld”. Jadi
kata atau istilah “Syajaratul Khuldi” atau “Pohon Keabadian” adalah
buatan Syetan yang digunakan untuk menipu Adam. Al Qur’an dengan jelas menceritakan:
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ
يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (طه:120)
Artinya: “Kemudian Syetan
membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
(Thaha: 120)
Penjelasan mengenai kata “Khuld”
yang berarti “Kekekalan” atau “Keabadian” diterangkan dalam ayat lain:
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا
مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ
هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
(الاعراف:20)
Artinya: “Maka syaitan
membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada keduanya apa
yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu
tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak
menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam
surga)". (Al A’raf: 20)
Jadi yang menamakan “Syajaratul
Khuldi” (pohon kekekalan) adalah Syetan. Masalah ini karena begitu
jelasnya, sama sekali sudah tidak membutuhkan dalil tambahan.
TENTANG HADIS POHON KHULDI
Ada sementara orang yang
mengatakan bahwa penamaan “Syajaratul Khuldi” itu bukan bersumber dari
Syetan. Untuk mendukung pendapatnya
beliau mencantumkan sebuah Hadis:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِى الضَّحَّاكِ قَالَ
سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُول قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ
فِى الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِى ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لاَ يَقْطَعُهَا
شَجَرَةَ الْخُلْدِ ». (رواه الامام احمد)
Berdasarkan Hadis ini dapat disimpulkan bahwa nama “Syajaratul
Khuldi” itu ada dalam Hadis. Dengan kata lain yang menamakan pohon larangan
itu dengan “Pohon Khuldi” adalah Allah SWT sebagaimana disabdakan Rasulullah
SAW. (Lihat Musnad Ahmad Juz 3 halaman
486 Hadis nomor 9957)
Akan tetapi kesimpulan ini
tidak dapat diterima dengan alasan :
Pertama, Hadis tentang “sebuah
pohon” memang terdapat dalam Shahih Al Bukhari dan Muslim yaitu:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحُ
بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا هِلاَلُ بْنُ عَلِىٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى
عَمْرَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه
وسلم - قَالَ « إِنَّ فِى الْجَنَّةِ لَشَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِى ظِلِّهَا مِائَةَ
سَنَةٍ ، وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ ( وَظِلٍّ مَمْدُودٍ ) » . (رةاه البخاري في
باب ما جاء في صفة الجنة ومسلم)
Artinya: Nabi Muhammad SAW
bersabda: “Sesungguhnya di dalam Surga itu terdapat sebuah pohon yang apabila
seorang berkendaraan berjalan di bawah naungannya akan menempuhnya selama
seratus tahun. Bacalah jika kamu mau
(firman Allah yang artinya), “dan naungan yang
terbentang luas,”(Al Bukhari Juz 4 halaman 137 dan Shahih Muslim 2 Juz halaman 637)
Tetapi Hadis ini tidak menyebutkan kalimat “Syajaratul Khuldi”
(pohon keabadian). Adapun Hadis dengan tambahan kata “Syajaratul Khuldi”
diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud Ath
Thayalisi dan lainnya. Penting untuk
dicatat bahwa baik Al Imam Ahmad ataupun Abu Dawud Ath Thayalisi (Lihat Al Muntakhab min Musnad Abd ibn Humaid Juz 2
halaman 351 Hadis nomor 1455) pun meriwayatkan dalam Musnadnya Hadis yang sama
dengan redaksi Al Bukhari dan Muslim yang tanpa tambahan kata “Syajaratul
Khuldi”.
Kedua, dari keseluruhan
riwayat yang terdapat dalam aneka kitab Hadis, diketahui bahwa sumber utama
Hadis dengan tambahan “Syajaratul Khuldi” adalah Abu Adh Dhahhak.
Menurut catatan para Ulama Rawi yang satu ini adalah Majhul
(tidak dikenal). Oleh karena itu mereka menyatakan bahwa Hadis “Syajaratul
Khuldi” adalah Dha’if sebagaimana dikatakan Syekh Al Arna’uth. (Lihat
catatan kaki kitab Abd ibn Humaid di atas)
Ketiga, Kalaulah saja Hadis
itu dianggap Shahih karena dikaitkan dengan Hadis lainnya, itu bukan berarti
bahwa yang dituju dengan “Al Jannah” pada Hadis tersebut adalah Surga tempat
Nabi Adam dan Hawa berada. Yang dituju oleh Hadis itu –sekali lagi, kalau dianggap Shahih– adalah Surga tempat pembalasan orang beriman
di akhirat kelak. Hal ini sebanding dengan, misalnya, Hadis:
عَنِ النَّبِىِّ
- صلى الله عليه وسلم - قَالَ « إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ
، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ
غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ
غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ » . (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Sesungguhnya di
dalam Surga itu ada sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan tempat masuknya
orang-orang yang berpuasa ke dalam Surga pada hari kiamat. Pintu tersebut tak
dapat dimasuki kecuali oleh orang-orang yang suka berpuasa. Ketika itu akan
dikatakan: ”Di
manakah orang-orang yang suka berpuasa?”. Tak seorang pun akan masuk lewat pintu
itu dan ketika mereka semua telah masuk, pintu pun ditutup sehingga tak ada lagi seorang
pun yang memasukinya”.
(HR Al Bukhari dan Muslim)
Wallahu A’lam
KH Syarif Rahmat RA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar