�Melalui �Forum ini saya ingin meluruskan mengenai
bacaan iftitah pada shalat yang hampir
semuanya seperti ini: ��Lasyarika lahu wabidzalika umirtu wa ana minal
muslimin.� Yang benar dan seharusnya seperti dalam Q.S.6/162: ��.lasyarika
lahu wabidzalika umirtu wa ana awalul muslimin.� Jadi siapa yang berani
mengubah ayat ALLAH SWT yang terlanjur tersebar ke seluruh bumi ini dan siapa
yang bertanggung jawab? Dari Isma�il-082125239619 (SMS 081807375707 Senin 2
April 2012)
�
Demikianlah seruan melalui SMS dari
seseorang yang mengaku bernama Isma�il yang dikirimkan kepada kami beberapa
hari lalu. Bersama ini kami sampaikan tanggapan kami ala kadarnya, semoga
bermanfaat buat saudara-saudara kami
kaum Muslimin Indonesia dan khususnya buat yang mengirimkannya. Ayat yang
dituju itu selengkapnya adalah:
�
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي
وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ �. لَا شَرِيكَ
لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (الانعام:162-163)
�
Artinya: �Katakanlah: Sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
(Al An�am: 162-163).
�
Ketahuilah bahwa ungkapan anda berkenaan
ayat di atas sangat menyesatkan dan tidak akan keluar kecuali dari orang jahil
yang tidak mengerti Al Qur�an dalam standar paling dasar. Yang demikian itu
karena:
�
Pertama, anda menggunakan istilah Q.S.6/162
padahal istilah nomor surat itu tidak pernah ada pada zaman Rasulullah SAW,
sahabatnya ataupun Ulama Salaf karena mereka menyebut Surat-Surat
Al Qur�an itu dengan namanya, bukan nomor urutnya. Seharusnya anda menggunakan kata
�Surat Al An�am� dan bukan angka 6. Itu artinya anda telah melakukan Bid�ah.
Dan anda juga berhak bertanya kepada diri anda; siapa yang bertanggung jawab
atas istilah tersebut? Demikian juga nomor ayat. Tetapi mengapa anda tidak
menganggap bid�ah bahkan menggunakannya ?
�
Kedua, ayat yang anda sebutkan itu
bukan ayat 162 melainkan ayat 162 dan 163. Apakah anda menganggap bahwa kedua
ayat tersebut merupakan satu ayat? Tanyakan kepada diri anda siapakah yang
bertanggung jawab atas perubahan nomor ayat tersebut ?
�
Ketiga, �kata perintah �قُلْ"
(katakanlah) yang
terdapat pada permulaan ayat ini adalah ditujukan hanya kepada Nabi Muhammad
SAW seorang. Mudah-mudahan anda termasuk yang mengerti Bahasa Arab dasar ini. Kami
berharap anda tahu bahwa setiap perintah di dalam Al Qur�an diberlakukan hanya kepada
mukhathab-nya. Itu artinya perintah mengatakan �Inna Shalatii�
dalam ayat ini khusus untuk Rasulullah SAW. Sementara anda melalui ungkapan
anda memberlakukan khithab tersebut untuk kaum Muslimin secara umum. Ini
merupakan kesalahan tersendiri.
�
Keempat,
siapa pun tahu Nabi Muhammad SAW adalah �Awwalul Muslimin� (Orang Islam
pertama) di ummat ini. Kami bertanya kepada anda: �Apakah anda orang yang
pertama masuk Islam?�. Jika anda bukan orang pertama � dan hanya merupakan
salah satu orang Islam � maka yang patut anda ucapkan adalah �Minal Muslimin�
(termasuk orang Islam) bukan �Awwalul Muslimin�.
�
Kelima,
ketika sebuah ayat yang berlaku secara khusus akan diberlakukan juga secara
umum, maka akan terdapat ayat lain atau Hadis yang menyebutkannya. Kaitannya
dengan penggunaan ayat di atas secara umum dalam Shalat terdapat sejumlah Hadis
yang memberikan penjelasan. Al Imam Muslim, misalnya, meriwayatkan:
�
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- إِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلاَةَ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ � وَجَّهْتُ
وَجْهِى �. وَقَالَ � وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ �. (رواه مسلم)
�
Artinya:
Rasulullah SAW itu apabila membuka Shalat bertakbir lalu membaca �Wajjahtu
Wajhiya� dan membaca �Wa ana awwalul Muslimin� (HR Muslim)
�
عَنْ عَلِىِّ بْنِ أَبِى
طَالِبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى
الصَّلاَةِ قَالَ � وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
��....(رواه مسلم)
�
Artinya:
Rasulullah SAW itu apabila menunaikan Shalat membaca �Wajjahtu�Wa ana
minal Muslimin�� (HR Muslim)
�
Melalui
dua Hadis Shahih ini diketahui bahwa Rasulullah SAW sendiri biasa membaca �Awwalul
Muslimin� sebagaimana beliau juga biasa membaca �Minal Muslimin�.
Adakah anda berani mengatakan bahwa beliau telah mengubah ayat Allah dan �perlu
diluruskan� ? Bila satu ini saja anggapan yang ada dalam pikiran
anda, maka anda berhak mendapatkan sebutan �kafir� menurut kesepakatan Ulama.
Tetapi apakah dengan ucapan anda di atas anda sudah patut disebut Kafir ?
Jika dilakukan atas dasar kebodohan � mudah-mudahan
anda tidak malu mengakui � maka belumlah anda layak dinyatakan Kafir. Tetapi
jika atas dasar pengingkaran, maka layaklah anda disebut demikian. Sedangkan
jika anda menolak tashih Hadis oleh para Muhadditsin, maka sekurang-kurangnya
anda sudah masuk dalam kategori penganut aliran sesat.
�
Keenam,
anda telah salah tulis ketika menulis akhir ayat di atas dengan �wa ana
awalul muslimin� padahal seharusnya �wa ana awwalul muslimin�� bertasydid huruf �wawu�. Ini sebenarnya tidak
terlalu urgen, karena bisa jadi anda salah ketik. Tetapi masalahnya akan
menjadi penting karena dilakukan oleh orang yang gemar mengkritk.
�
Ketujuh,
melalui ungkapan anda di atas seolah-olah anda menganggap bahwa bacaan iftitah
hanya ini saja, padahal bentuk bacaan di awwal shalat tersebut bukan hanya satu
tetapi ada bentuk lainnya, yang diketahui oleh setiap muslim yang baru
mempelajari Agama.
�
Setelah
penjelasan ini, kami berharap anda segera bertaubat dan berhenti menjadi
�Mujtahid Kesiangan�. Atau jika tidak, segera layangkan tanggapan anda agar
setiap Muslim yang telah mendapat fitnah anda segara mengetahui duduk perkara
sebenarnya. Dan tentu saja kami berharap anda �tinjau� kembali sambil belajar pula �menahan diri� dari
menyalahkan kaum Muslimin. Ataukah anda mengira perbuatan anda itu bukan
maksiat yang akan diminta pertanggung-jawaban di hari kiamat?
Akhir kata kami mohon maaf bila terpaksa melakukan operasi besar karena dalam
lambung itu ada tumor ganasnya. Hasbunallah.
�
Hasbunallah
�
KH
Syarif Rahmat RA, SQ, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar