http://malaysfreecommunities.webs.com/allah%20muhammad.JPG

Sabtu, 29 Desember 2012

tahu diri lahhh

�Melalui �Forum ini saya ingin meluruskan mengenai bacaan iftitah pada shalat yang hampir semuanya seperti ini: ��Lasyarika lahu wabidzalika umirtu wa ana minal muslimin.� Yang benar dan seharusnya seperti dalam Q.S.6/162: ��.lasyarika lahu wabidzalika umirtu wa ana awalul muslimin.� Jadi siapa yang berani mengubah ayat ALLAH SWT yang terlanjur tersebar ke seluruh bumi ini dan siapa yang bertanggung jawab? Dari Isma�il-082125239619 (SMS 081807375707 Senin 2 April 2012)
Demikianlah seruan melalui SMS dari seseorang yang mengaku bernama Isma�il yang dikirimkan kepada kami beberapa hari lalu. Bersama ini kami sampaikan tanggapan kami ala kadarnya, semoga bermanfaat buat saudara-saudara kami kaum Muslimin Indonesia dan khususnya buat yang mengirimkannya. Ayat yang dituju itu selengkapnya adalah:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ �. لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (الانعام:162-163)
Artinya: �Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Al An�am: 162-163).
Ketahuilah bahwa ungkapan anda berkenaan ayat di atas sangat menyesatkan dan tidak akan keluar kecuali dari orang jahil yang tidak mengerti Al Qur�an dalam standar paling dasar. Yang demikian itu karena:
Pertama, anda menggunakan istilah Q.S.6/162 padahal istilah nomor surat itu tidak pernah ada pada zaman Rasulullah SAW, sahabatnya ataupun Ulama Salaf karena mereka menyebut Surat-Surat Al Qur�an itu dengan namanya, bukan nomor urutnya. Seharusnya anda menggunakan kata �Surat Al An�am� dan bukan angka 6. Itu artinya anda telah melakukan Bid�ah. Dan anda juga berhak bertanya kepada diri anda; siapa yang bertanggung jawab atas istilah tersebut? Demikian juga nomor ayat. Tetapi mengapa anda tidak menganggap bid�ah bahkan menggunakannya ?
Kedua, ayat yang anda sebutkan itu bukan ayat 162 melainkan ayat 162 dan 163. Apakah anda menganggap bahwa kedua ayat tersebut merupakan satu ayat? Tanyakan kepada diri anda siapakah yang bertanggung jawab atas perubahan nomor ayat tersebut ?
Ketiga, �kata perintah �قُلْ" (katakanlah) yang terdapat pada permulaan ayat ini adalah ditujukan hanya kepada Nabi Muhammad SAW seorang. Mudah-mudahan anda termasuk yang mengerti Bahasa Arab dasar ini. Kami berharap anda tahu bahwa setiap perintah di dalam Al Qur�an diberlakukan hanya kepada mukhathab-nya. Itu artinya perintah mengatakan �Inna Shalatii� dalam ayat ini khusus untuk Rasulullah SAW. Sementara anda melalui ungkapan anda memberlakukan khithab tersebut untuk kaum Muslimin secara umum. Ini merupakan kesalahan tersendiri.
Keempat, siapa pun tahu Nabi Muhammad SAW adalah �Awwalul Muslimin� (Orang Islam pertama) di ummat ini. Kami bertanya kepada anda: �Apakah anda orang yang pertama masuk Islam?�. Jika anda bukan orang pertama � dan hanya merupakan salah satu orang Islam � maka yang patut anda ucapkan adalah �Minal Muslimin� (termasuk orang Islam) bukan �Awwalul Muslimin�.
Kelima, ketika sebuah ayat yang berlaku secara khusus akan diberlakukan juga secara umum, maka akan terdapat ayat lain atau Hadis yang menyebutkannya. Kaitannya dengan penggunaan ayat di atas secara umum dalam Shalat terdapat sejumlah Hadis yang memberikan penjelasan. Al Imam Muslim, misalnya, meriwayatkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلاَةَ كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ � وَجَّهْتُ وَجْهِى �. وَقَالَ � وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ �. (رواه مسلم)
Artinya: Rasulullah SAW itu apabila membuka Shalat bertakbir lalu membaca �Wajjahtu Wajhiya� dan membaca �Wa ana awwalul Muslimin� (HR Muslim)
عَنْ عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ قَالَ � وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ ��....(رواه مسلم)
Artinya: Rasulullah SAW itu apabila menunaikan Shalat membaca �WajjahtuWa ana minal Muslimin�� (HR Muslim)
Melalui dua Hadis Shahih ini diketahui bahwa Rasulullah SAW sendiri biasa membaca �Awwalul Muslimin� sebagaimana beliau juga biasa membaca �Minal Muslimin�. Adakah anda berani mengatakan bahwa beliau telah mengubah ayat Allah dan �perlu diluruskan� ? Bila satu ini saja anggapan yang ada dalam pikiran anda, maka anda berhak mendapatkan sebutan �kafir� menurut kesepakatan Ulama. Tetapi apakah dengan ucapan anda di atas anda sudah patut disebut Kafir ? Jika dilakukan atas dasar kebodohan � mudah-mudahan anda tidak malu mengakui � maka belumlah anda layak dinyatakan Kafir. Tetapi jika atas dasar pengingkaran, maka layaklah anda disebut demikian. Sedangkan jika anda menolak tashih Hadis oleh para Muhadditsin, maka sekurang-kurangnya anda sudah masuk dalam kategori penganut aliran sesat.
Keenam, anda telah salah tulis ketika menulis akhir ayat di atas dengan �wa ana awalul muslimin� padahal seharusnya �wa ana awwalul muslimin�� bertasydid huruf �wawu�. Ini sebenarnya tidak terlalu urgen, karena bisa jadi anda salah ketik. Tetapi masalahnya akan menjadi penting karena dilakukan oleh orang yang gemar mengkritk.
Ketujuh, melalui ungkapan anda di atas seolah-olah anda menganggap bahwa bacaan iftitah hanya ini saja, padahal bentuk bacaan di awwal shalat tersebut bukan hanya satu tetapi ada bentuk lainnya, yang diketahui oleh setiap muslim yang baru mempelajari Agama.
Setelah penjelasan ini, kami berharap anda segera bertaubat dan berhenti menjadi �Mujtahid Kesiangan�. Atau jika tidak, segera layangkan tanggapan anda agar setiap Muslim yang telah mendapat fitnah anda segara mengetahui duduk perkara sebenarnya. Dan tentu saja kami berharap anda �tinjau� kembali sambil belajar pula �menahan diri� dari menyalahkan kaum Muslimin. Ataukah anda mengira perbuatan anda itu bukan maksiat yang akan diminta pertanggung-jawaban di hari kiamat? Akhir kata kami mohon maaf bila terpaksa melakukan operasi besar karena dalam lambung itu ada tumor ganasnya. Hasbunallah.
Hasbunallah
KH Syarif Rahmat RA, SQ, MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar